Notice: Undefined variable: path in /var/www/rumanabastala.com/wp-content/plugins/cfmonitor/cfmonitor.php on line 153
5 Kesalahan Fatal dalam Dekorasi Rumah yang Harus Kamu Hindari!
Ruang tamu berantakan dengan sofa menghadap tembok, kursi berlengan besar menutupi jendela

5 Kesalahan Fatal dalam Dekorasi Rumah yang Harus Kamu Hindari!


Notice: Undefined index: tie_hide_meta in /var/www/rumanabastala.com/wp-content/themes/sahifa/framework/parts/meta-post.php on line 3

Notice: Trying to access array offset on value of type null in /var/www/rumanabastala.com/wp-content/themes/sahifa/framework/parts/meta-post.php on line 3

Dekorasi rumah itu nggak sesimpel naruh vas bunga di meja, lho! Seringkali kita mengira asal ada sofa, meja, lemari, plus beberapa hiasan, rumah bakal otomatis jadi indah dan nyaman. Eh, jangan salah – dekorasi yang keliru justru bisa bikin rumah terasa sempit, berantakan, atau bahkan bikin penghuninya nggak betah. Nah, biar rumahmu nggak berakhir jadi contoh “gagal dekorasi”, yuk kenali 5 kesalahan fatal dalam dekorasi rumah yang harus kamu hindari. Siapa tahu salah satunya pernah kamu lakukan (atau sedang kamu lakukan tanpa sadar)! 🀭

Pentingnya Menghindari Kesalahan Dekorasi

Sebelum masuk ke daftarnya, kamu mungkin bertanya-tanya: β€œMemangnya sepenting apa sih urusan dekorasi sampai-sampai harus mikirin kesalahan segini rupa?” Bayangkan saja, rumah adalah tempat kamu pulang, bersantai, dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Kalau dekorasinya keliru, nyaman pun hilang. Yang ada, setiap sudut rumah malah bikin kamu geleng-geleng kepala atau bahkan stres sendiri. Dekorasi yang tepat nggak cuma soal estetika (keindahan), tapi juga soal fungsi dan kenyamanan. Jadi, menghindari kesalahan dekorasi itu penting banget supaya rumah idaman kamu nggak cuma cakep di Instagram, tapi juga enak dihuni di dunia nyata. πŸ˜‰

Oke, sekarang mari kita bahas satu per satu kesalahan fatal yang sering terjadi saat mendekorasi rumah, lengkap dengan contoh dan solusinya. Baca sampai habis, ya – siapa tahu ada insight yang bikin kamu pengen buru-buru re-arrange ruang tamu besok! πŸ˜„

1. Tata Letak Furnitur yang Salah

sebuah ruang tamu kecil yang seharusnya nyaman, tapi sofa besarnya diletakkan pas di depan pintu

Kesalahan pertama yang paling sering terjadi adalah penataan furnitur yang amburadul alias salah tempat. Percaya atau nggak, tata letak sofa, kursi, dan meja di ruang tamu atau kamar bisa mengubah total suasana ruangan. Misalnya nih, ruang tamu kecil tapi kamu paksakan masuk sofa yang ukurannya jumbo plus dua kursi besar. Alhasil, ruang gerak jadi sempit. Belum lagi kalau sofa ditaruh mepet banget ke dinding atau malah nempel ke TV, orang yang nonton bisa jereng karena terlalu dekat! 🀭

Contoh lain, di kamar tidur, kamu naruh tempat tidur menghadap jendela tapi malah nutup separuh jendelanya. Cahaya matahari susah masuk, kamar jadi remang-remang di siang hari. Atau lemari pakaian ditaruh persis di samping pintu kamar, setiap buka pintu… jedug! Nabrak pintu lemari deh. πŸ˜… Dapur pun bisa kena masalah layout: misalnya meja makan diletakkan terlalu dekat dengan kitchen island atau kabinet, bikin kamu kesulitan mondar-mandir saat masak.

Kenapa tata letak furnitur yang salah itu fatal? Karena selain bikin ruangan terkesan sumpek dan berantakan, sirkulasi alias ruang gerak kita jadi terganggu. Rumah harusnya tempat yang nyaman buat bergerak, bukan rintangan parkour setiap mau lewat ruang tamu. Kalau furnitur ditempatkan sembarangan, orang di rumah bisa kesandung, atau minimal nyenggol-nyenggol terus. Belum lagi secara visual, ruangan jadi nggak enak dipandang – misalnya sofa yang terlalu besar di ruangan kecil bikin proporsi ruangan jadi aneh, atau penataan yang ngawur bikin fokus ruangan nggak jelas (masa iya sofa membelakangi TV? Tamu mau ngobrol sama sandaran sofa, dong!). πŸ™ƒ

Solusi: Sebelum menata ulang furnitur (atau sebelum beli furnitur baru), ukur dan rencanakan dulu tata letaknya. Pertimbangkan skala furnitur terhadap ukuran ruangan. Untuk ruang tamu kecil, pilih sofa yang ramping dan proporsional, mungkin sofa L kecil atau dua-seater, daripada sofa sudut raksasa yang menghabiskan separuh ruangan. Atur furnitur sedemikian rupa supaya alur jalan tidak terhalang. Sisakan ruang di antara meja dan sofa supaya kaki bisa lewat. Nggak perlu semua furnitur nempel dinding; kadang justru memberi jarak beberapa sentimeter dari dinding bisa bikin ilusi ruangan lebih lapang dan memudahkan pembersihan. Pastikan juga furnitur kunci seperti TV, sofa, meja kopi saling menghadap dengan nyaman.

Kalau kamu bingung, coba trik desainer interior: buat denah sederhana. Gambar layout ruangan, plot posisi pintu, jendela, lalu coba atur furnitur di kertas (atau gunakan aplikasi desain interior gratis). Ini membantu melihat apakah furnitur kebesaran atau butuh dipindah. Selain itu, fokuslah pada fungsi: ruang tamu untuk menerima tamu atau santai nonton, pastikan semua orang bisa saling lihat dan akses meja dengan mudah. Kamar tidur untuk istirahat, jadi tempat tidur posisikan agar aksesnya mudah dari pintu dan tidak menghalangi jendela sepenuhnya. Dapur untuk masak, tata alat masak, kulkas, dan meja supaya alur kerja (misalnya segitiga kerja antara kulkas-kompor-wastafel) berjalan lancar. Intinya, jangan ragu menggeser atau mengurangi furnitur kalau memang sudah terlalu penuh. Daripada ruangan jadi seperti gudang perabot, lebih baik minimalis tapi lega. πŸ˜‰

2. Pencahayaan yang Tidak Tepat

Sebuah kamar tidur dengan lampu neon putih super terang kayak di ruang operasi

Kesalahan dekorasi berikutnya berhubungan dengan pencahayaan. Sering kali orang fokus ke furnitur dan cat dinding, tapi lupa bahwa lighting is everything! Pencahayaan yang salah bisa bikin ruangan terasa tidak nyaman, bahkan meski dekorasi lainnya sudah oke. Dua kesalahan umum: terlalu gelap atau terlalu terang, dan hanya mengandalkan satu sumber cahaya saja.

  • Terlalu redup: Misalnya di ruang tamu, kamu cuma pasang satu lampu gantung kecil dengan watt rendah. Akibatnya, waktu malam hari ruang tamu jadi remang-remang suram, tamu pun serasa ngumpul di gua. πŸ˜… Atau di dapur, penerangan kurang terang sehingga waktu masak bayanganmu sendiri menutupi talenan – ujung-ujungnya bawang yang keiris malah jarinya. Ngeri, kan? πŸ‘» Kamar tidur yang terlalu gelap juga bikin suasana jadi muram dan mungkin bikin ngantuk terus (padahal kadang pengen baca buku sebelum tidur, malah susah karena lampunya kurang).

  • Terlalu terang: Kebalikannya, ada juga yang pasang lampu terang banget di tiap ruangan seakan-akan showroom mall. Semua pakai lampu putih 40 Watt ke atas tanpa dimmer. Kamar tidur jadi nggak cozy karena silau kayak siang terus, susah rileks. Ruang tamu juga kehilangan suasana hangat karena lampu terlalu putih dan mencolok. Belum lagi kalau tipe lampunya LED putih kebiruan, rumah bisa berasa klinik atau ruang tunggu rumah sakit. 😬

Selain soal terang-gelap, kesalahan lain adalah hanya mengandalkan satu jenis penerangan. Contohnya cuma pasang lampu plafon (lampu utama) aja tanpa ada lampu tambahan. Padahal, desainer interior selalu menganjurkan konsep layered lighting alias pencahayaan berlapis: ada ambient lighting (lampu utama untuk seluruh ruangan), task lighting (lampu untuk kegiatan spesifik, misal lampu meja untuk baca, lampu bawah kabinet dapur untuk masak), dan accent lighting (lampu dekoratif, seperti lampu strip LED di belakang TV atau lampu sorot lukisan). Kalau cuma ada satu lampu di plafon, suasana ruangan bisa flat dan monoton.

Solusi: Evaluasi ulang pencahayaan di rumahmu per ruangan. Sesuaikan intensitas dan warna cahaya dengan fungsi ruangan. Untuk ruang tamu dan kamar tidur, biasanya lebih enak pakai lampu dengan tone hangat (kuning lembut) yang nyaman di mata dan bikin rileks. Kamu bisa kombinasikan lampu plafon dengan lampu lantai di pojok untuk sudut baca, atau lampu meja di buffet buat nambah ambience hangat. Pasang dimmer kalau bisa, supaya kecerahan bisa diatur sesuai mood – terang saat lagi beres-beres atau kerja, redup temaram saat mau santai nonton film.

Untuk dapur atau area kerja, pakai pencahayaan yang cukup terang dan cenderung putih netral supaya warna bahan makanan atau dokumen terlihat jelas. Tambahkan lampu task seperti lampu di bawah kabinet dapur untuk menerangi countertop waktu masak, atau lampu meja yang fokus ke area kerja. Kamar mandi juga jangan lupa, pencahayaan yang baik penting biar nggak ada sudut gelap licin yang bikin kepleset.

Terakhir, manfaatkan cahaya alami semaksimal mungkin di siang hari. Buka tirai jendela lebar-lebar supaya sinar matahari masuk menerangi ruangan. Selain hemat listrik, cahaya matahari bikin rumah terasa segar. Pastikan tirai/gorden bisa dibuka tutup dengan mudah, jangan permanen nutup terus. Intinya, pencahayaan ideal itu seimbang – nggak terlalu gelap sampai serem, tapi nggak juga terlalu terang sampai silau. Cari balance sesuai kebutuhan, dan kombinasikan berbagai sumber cahaya. Rumah terang, hati pun senang! πŸ’‘πŸ˜„

3. Warna Dinding yang Bentrok dengan Furnitur

Ruang keluarga dengan dinding warna hijau neon terang, sofa warna merah marun, karpet pola zebra hitam-putih, plus gorden oranye terang

Kesalahan fatal selanjutnya adalah pemilihan warna dinding yang tidak selaras dengan furnitur atau dekorasi lainnya. Warna itu ibarat nyawa dalam dekorasi; kalau salah pilih warna atau kombinasi yang tabrakan, hasilnya bisa bikin ruangan terlihat norak atau berantakan secara visual.

Bayangin, kamu cat dinding ruang tamu warna ungu terang, tapi furnitur kamu semua warna hijau toska. Masing-masing warna mungkin bagus sendiri-sendiri, tapi pas digabung, ruanganmu jadi mirip permen campur-aduk – warna-warni tak karuan. πŸ˜… Contoh lain, kamar tidur dicat merah menyala karena kamu pikir biar bold dan keren. Eh, ternyata malah susah tidur karena secara psikologis warna merah itu membangkitkan semangat, bukan menenangkan. Padahal kamar tidur harusnya bernuansa menenangkan. Atau bisa juga sebaliknya: semua dinding, furnitur, gorden, karpet kamu pilih warna senada persis (misal serba biru tua). Alih-alih elegan, ruangannya jadi monoton dan membosankan, berasa lihat layar komputer monochrome.

Warna dinding bentrok sering terjadi karena kita nggak pikir panjang soal skema warna. Kadang lihat cat tembok diskon, hajar aja tanpa mikir cocok nggak sama sofa di rumah. Atau ngikut tren warna tertentu (misal lagi ngetren cat warna kuning cerah), tapi lupa bahwa furnitur kita mayoritas warna merah marun – alhasil pas jadi, waduh kok serasa ruangan jadi maskot bendera? πŸ™ˆ Ada juga kesalahan “tema warna kabur”: misal dekorasi kamu sebenarnya pengen gaya minimalis Skandinavia yang dominan warna netral putih-krem, tapi kamu keasikan nambah dekor warna-warni pernak-pernik dari liburan. Akhirnya tema nggak konsisten, warna-warna saling bertabrakan.

Solusi: Selalu rencanakan palet warna untuk ruanganmu sebelum mengecat atau membeli dekorasi besar. Palet warna itu misalnya terdiri dari 2-3 warna utama yang saling komplemen atau harmonis. Contohnya, untuk kesan tenang pilih kombinasi warna netral seperti putih, abu-abu muda, krem, ditambah aksen warna biru pastel. Atau kalau mau ceria, pakai dasar netral putih lalu aksen kuning dan hijau toska yang segar. Hindari pakai terlalu banyak warna mencolok sekaligus dalam satu ruangan kecuali memang tema dekorasinya eccentric bohemian. Itupun biasanya bohemian punya trik pakai banyak warna tapi masih ada benang merahnya. Kalau kamu tidak yakin, pegangan aman: pilih satu warna dinding yang netral atau soft, lalu furnitur utama pilih yang warna solid netral juga (abu, cokelat, hitam, putih). Warna-warna terang atau motif ramai bisa dialokasikan ke dekorasi kecil seperti bantal sofa, vas, lukisan, karpet kecil. Jadi kalau bosan, mudah diganti tanpa harus cat ulang seluruh dinding atau ganti sofa mahal.

Perhatikan juga kesesuaian undertone. Misal dinding krem cenderung warm, lebih cocok dipadukan furnitur warna hangat (coklat kayu, merah bata, orange). Kalau dinding abu kebiruan (cool tone), cocoknya dengan furnitur warna cool tone juga (biru navy, abu tua, hitam, putih bersih). Ini supaya mata kita menangkap harmoni, bukannya kontras yang bikin pening.

Terakhir, jangan ragu untuk menguji warna dulu. Beli sampel cat kecil, oles di secarik karton dan tempel di dinding, lihat dalam berbagai pencahayaan. Lihat juga apakah cocok dengan warna sofa, gorden, lantai, dll. Lebih baik repot di awal daripada sudah cat satu rumah terus nyesel pas furnitur masuk kok malah tabrakan warnanya. Oh ya, kalau kamu tipe plin-plan, main aman aja dengan warna netral untuk elemen besar (dinding, lantai, sofa besar), nanti warna-warni ceria bisa lewat aksesoris dekorasi yang mudah diganti. Dengan begitu, rumahmu tetap berkarakter tanpa terlihat seperti pelangi bentrok. 😜

4. Terlalu Banyak Dekorasi hingga Ruangan Penuh

Ruang keluarga dengan setiap sudut diisi pajangan rak penuh suvenir, dinding penuh foto dan lukisan, meja dipenuhi vas, patung, lilin aroma, bantal sofa selusin, karpet dua lapis, ditambah tanaman di mana-mana

Pernah nggak masuk ke rumah yang dekorasinya terlalu heboh? Mungkin niatnya biar kelihatan kaya showroom atau penuh kenangan, tapi akhirnya setiap jengkal ruangan diisi hiasan sampai nggak ada ruang napas. Nah, terlalu banyak dekorasi adalah kesalahan yang juga fatal. Ingat, dekorasi itu bagai garam dalam masakan – penting untuk memperkaya rasa, tapi kalau kebanyakan malah merusak semuanya. πŸ˜‰

Contoh nyata, di ruang tamu kamu taruh 10 bantal sofa dengan warna dan motif berbeda, dinding ditempeli kolase foto dari lantai sampai plafon, meja ada 5 vas bunga, 3 patung kecil, plus koleksi action figure dipajang semua di rak terbuka. Waduh, tamu mau naruh gelas minum di meja aja takut kesenggol pajangan! Belum lagi debu yang numpuk di segala penjuru dekorasi kecil itu – siap-siap kerja rodi bersihin satu-satu tiap minggu. 🀧 Kamar tidur juga bisa jadi korban: terlalu banyak dekorasi kayak tumpukan boneka di kasur, deretan quote kayu di dinding, meja rias penuh oleh botol parfum, lilin aromaterapi, bingkai foto, dll. Kamar bukannya jadi tenang untuk tidur, malah crowded dan sumpek. Dapur pun tak luput, misal atas kabinet penuh pajangan piring antik, kulkas ditempeli magnet dari seluruh dunia penuh sesak, countertop dipajang toples lucu-lucu sebanyak 15 biji sehingga area buat motong bahan masak malah sempit.

Kenapa over-decorating itu masalah? Pertama, secara visual jadi berantakan. Mata kita nggak tahu harus fokus ke mana karena segala benda bersaing minta perhatian. Kedua, soal fungsi: ruangan terlalu penuh dekor bisa mengganggu penggunaan sehari-hari. Contohnya meja yang harusnya buat taruh kopi, tapi penuh lilin aromaterapi, jadi ribet sendiri harus mindahin kalau mau dipakai. Ketiga, perawatan – makin banyak barang pajangan, makin banyak effort buat bersih-bersih (setiap item bisa debuan!). Belum lagi kalau barangnya mudah pecah, rumah jadi area was-was, takut nyenggol sedikit ambyar.

Solusi: Seleksi dan kurasi dekorasi di rumahmu. Coba terapkan prinsip “less is more”. Bukan berarti rumah jadi kosong membosankan, tapi pilih dekorasi yang paling kamu suka dan memiliki tema atau warna senada, lalu sisakan ruang kosong yang cukup supaya dekor yang ada bisa β€œbernapas” dan terlihat menonjol. Misal, daripada memajang 10 foto keluarga di dinding secara acak, pilih 3 atau 4 yang paling berkesan, masukkan dalam frame dengan gaya serupa, lalu susun rapi di satu dinding galeri. Yang lainnya bisa disimpan dulu, nanti bisa kamu rotasi setiap beberapa bulan biar nggak bosan.

Untuk koleksi suvenir atau action figure, daripada semuanya ditaruh berjejer bikin debu festival, sediakan lemari pajang tertutup kaca. Pilih beberapa untuk dipajang, yang lain disimpan, nanti bisa diganti-gantian dipajang. Ruang tamu tetap rapi, koleksi terselamatkan dari debu, dan tamu pun nyaman duduk tanpa merasa diawasi 100 patung. 😁 Kamar tidur, usahakan hanya dekor minimal yang menenangkan, misal satu dua lukisan atau tanaman kecil, tidak perlu semua sudut ada hiasan. Biarkan ada area kosong di dinding atau meja agar mata bisa istirahat. Dapur, simpan pernak-pernik lucu dalam kabinet kalau tidak sering dipakai. Kulkas cukup dipajang magnet favorit saja daripada semuanya. Countertop sisakan area kerja, dekor cukup 1-2 item manis (misal satu vas dengan bunga segar atau sebuah stand bumbu yang juga fungsional).

Kuncinya, utamakan kualitas daripada kuantitas dekorasi. Satu lukisan besar yang kamu cinta bisa lebih memberikan karakter pada ruangan dibanding 10 hiasan kecil random hasil belanja flash sale. Juga, pikirkan fungsi ganda: apakah dekorasimu juga punya fungsi? Misal keranjang rotan cantik yang juga sebagai storage selimut di ruang keluarga – nah itu dekor oke. Sedangkan taplak renda 5 lapis di meja yang bikin kamu repot tiap kali mau bersihin tumpahan kopi – mungkin bisa dieliminasi. πŸ˜‰ Ingat, rumah yang cantik bukan berarti penuh sesak. Ruang kosong itu penting untuk menciptakan keseimbangan visual. So, tahan diri untuk tidak memajang segala yang kamu punya sekaligus. Simpan sebagian, rotasi secara berkala, dan nikmati betapa lega dan teraturnya rumahmu nanti.

5. Mengabaikan Fungsi Demi Estetika Semata

Sebuah ruang tamu super stylish ala majalah dengan sofa putih bersih dan karpet bulu yang indah

Nah, kesalahan terakhir ini cukup sering terjadi, apalagi di era Instagram dan Pinterest saat ini: terlalu mengejar estetika hingga melupakan fungsi. Singkatnya, dekorasi rumah cuma bagus di foto, tapi nggak praktis untuk kehidupan sehari-hari. Duh, rumah kan buat ditinggali, bukan sekadar dipajang, iya kan? πŸ˜‰

Contoh nyata, kamu tergoda beli sofa model terbaru yang bentuknya unik futuristik dan warnanya putih gading elegan. Pas sampai rumah, wah memang indah dipandang. Tapi begitu didudukin, ternyata keras dan nggak empuk sama sekali. Duduk 5 menit aja punggung pegal. Akhirnya sofa mahal itu malah jarang diduduki, cuma jadi pajangan. Atau kasus lain, kamu pilih kursi makan dari bahan besi artistik tanpa bantalan demi konsep industrial. Ternyata tiap sarapan duduk di kursi itu bokong pegal kedinginan karena besinya dingin dan keras – alhasil malah pindah makan di sofa ruang tamu. Ironis, ya? πŸ˜…

Di kamar tidur, mungkin kamu beli ranjang stylish dengan headboard besar megah, tapi ternyata ukuran ranjang terlalu besar sampai kamar terasa penuh, atau material headboard-nya keras jadi nggak enak buat sandaran baca buku. Bisa juga memilih seprai linen estetik buat difoto, tapi gatal di kulit karena bahannya kasar atau perawatannya susah (harus disetrika tiap habis cuci biar nggak kusut).

Dapur pun sering kena imbas. Misal, kamu suka dapur minimalis serba putih bersih ala majalah, sampai-sampai semua peralatan disembunyikan, handle laci pun dihilangkan biar sleek. Kelihatannya wow, tapi begitu dipakai masak tiap hari, kamu kewalahan cari pisau karena semuanya disimpan tertutup, buka laci pun susah karena nggak ada pegangan (harus dorong pakai teknik khusus). Belum lagi kabinet putih mengilap gampang sekali kotor kena sidik jari dan cipratan minyak. Akhirnya kamu stres sendiri jaga dapur tetap kinclong.

Ada lagi, karpet bulu tebal di ruang keluarga yang memang Instagramable. Sayangnya, tiap habis kumpul keluarga karpet itu penuh remah makanan dan susah vakum, plus bulunya rontok pula. Atau dekor tanaman kaktus kecil lucu di lantai, tapi berbahaya kalau ada anak kecil lari-larian bisa kesenggol kena duri. Intinya, mengabaikan fungsi bisa bikin barang yang tadinya dimaksud mempercantik rumah justru mengurangi kenyamanan atau bahkan membahayakan.

Solusi: Saat mendekorasi, selalu pikirkan keseimbangan antara estetika dan fungsi. Rumah yang indah dan nyaman adalah tujuan utamanya. Jadi sebelum beli atau menata sesuatu, tanya pada diri sendiri: β€œBenda ini selain bagus, berguna nggak ya? Nyaman dipakai nggak? Perawatannya gimana?” Jika jawabannya bikin ragu, mungkin perlu dipertimbangkan lagi. Berikut beberapa tips praktis:

  • Uji coba furnitur sebelum beli: Duduklah di sofa atau kursi incaran, rasakan kenyamanannya. Nggak usah malu lompat-lompat kecil di kasur yang mau dibeli di toko, demi tahu kuat dan nyamannya. 😁 Lihat review kalau belanja online, apakah meja itu stabil, apakah lemari itu pintunya lancar dibuka, dsb.

  • Pilih material yang sesuai gaya hidup: Kalau punya anak kecil atau hewan peliharaan, hindari warna terlalu terang atau bahan terlalu sensitif. Misal sofa putih atau karpet berbulu super terang mungkin kurang cocok, kecuali kamu siap dengan effort ekstra membersihkan. Pilih material yang mudah dibersihkan dan tahan banting. Estetika bisa dicari yang versi low maintenance-nya.

  • Pertimbangkan ukuran dan skala penggunaan: Apakah meja ruang makan cukup menampung semua anggota keluarga? Jangan demi model kece malah beli meja kecil padahal keluarga besar, akhirnya sempit-sempitan. Apakah lemari cukup menyimpan barang? Fungsi storage penting agar rumah rapi; percuma punya bufet cantik tapi nggak muat apa-apa.

  • Ingat prinsip ergonomis: Barang yang sering dipakai harus mudah dijangkau dan nyaman diakses. Jangan menaruh dekor menghalangi laci atau pintu. Desain tangga cantik tanpa pegangan mungkin keren di foto, tapi bahaya buat keseharian. Utamakan keselamatan dan kenyamanan penghuni rumah.

  • Adaptasi tren dengan bijak: Setiap lihat tren dekor baru, filter dengan kebutuhanmu. Nggak semua yang lagi ngetren cocok untuk semua rumah. Misal tren open shelf di dapur (lemari terbuka tanpa pintu) memang tampilannya airy di foto, tapi kalau kamu tipe orang sibuk yang nggak sempat menata piring mangkok cantik tiap hari, ujungnya rak terbuka jadi berantakan dan debuan. Lebih baik pakai kabinet tertutup saja, meski kurang instagrammable, tapi fungsional.

Ingat, rumah ideal adalah rumah yang penghuninya betah. Jadi estetika dan fungsi harus beriringan. Barang dekorasi unik boleh, asal tidak mengorbankan kenyamanan. Toh, sekarang banyak kok desain furnitur yang cantik sekaligus fungsional. Prinsipnya, form follows function – desain yang baik mengikuti fungsi. Kalau bisa dapat yang cakep dan fungsional, kenapa pilih salah satunya saja? πŸ˜‰

Waktunya Evaluasi Dekorasi Rumahmu!

Nah, itu dia 5 kesalahan fatal dalam dekorasi rumah yang harus kamu hindari. Gimana, ada yang nyess kena di hati? Atau mungkin kamu senyum-senyum sendiri karena merasa “Wah, ini gue banget dulu dekor rumah asal-asalan“. Tenang aja, hampir semua orang pernah kok melakukan setidaknya satu dari kesalahan di atas. Namanya juga proses belajar. Yang penting, sekarang kamu sudah tahu jebakan-jebakan dekorasi tersebut dan bisa mulai evaluasi rumahmu sendiri.

Coba deh, luangkan waktu weekend ini untuk keliling rumah sambil lihat-lihat dengan kritis. Perhatikan tata letak furnitur: ada yang menghalangi jalan atau bikin sumpek nggak? Lihat pencahayaan: apakah sudah nyaman untuk tiap aktivitas, atau masih ada sudut gelap bikin merinding? Cek warna dan tema: adakah warna dinding yang nggak nyambung dengan furnitur, atau ruangan yang warnanya keterlaluan gonjrengnya? Lirik dekorasi: apakah kebanyakan sampai rumahmu serasa museum penuh barang? Dan terakhir, rasakan furnitur dan barang di sekitarmu: nyaman dipakai nggak, atau cuma enak dipandang doang?

Setelah evaluasi, ayo berani berbenah. Mungkin perlu geser-geser sofa sedikit, atau sortir dekorasi mana yang bisa disimpan dulu, ganti bohlam lampu kuning ke putih di dapur biar terang, cat ulang dinding kamar dengan warna lebih kalem, atau bahkan beli kursi kerja yang ergonomis ganti yang lucu tapi bikin punggung sakit. Perubahan kecil bisa bawa dampak besar, lho. Yang penting, buatlah rumahmu benar-benar β€œrumah” – tempat di mana kamu merasa nyaman, aman, dan bahagia. Dekorasi yang tepat itu yang mencerminkan kepribadianmu dan memenuhi fungsinya dengan baik.

Selamat mencoba tips di atas! Semoga setelah ini rumahmu jadi lebih kece tapi juga cozy. Jangan sampai rumah sendiri kalah nyaman sama cafe atau showroom, ya. πŸ˜πŸ‘ Happy decorating, dan selamat menikmati rumah yang lebih tertata dan menyenangkan! 🏠✨

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *